.:: Kata2 - Kuasa ::.

Satu mobil.

Dua penumpang.

"Eh, aku ada cerita neh, kemaren aku liat Setra jalan ama Dui loh. Mereka kayanya mesra banget. Udah berapa lama sih? Kayanya kemaren itu Setra masih jalan ama Tri deh. Denger2 katanya Tri itu kenapa2 gara2 Setra yah?"

"Oh, gak tau juga. Aku ga gitu deket...."

"HAMIL lho katanya.... sampe kaget aku dengernya. Aku gak sangka aja. Tri itu kan bokapnya pengusaha besar di Garut. Gak ngerti deh ntar keluarganya gimana. Sukur. Untung beritanya gak sampe kesebar kemana2. Kalo gak kasian aja orangtuanya Tri. Eh, kamu ntar jangan kasih tau sapa2 yah. Kasian. Yang malu juga kan Tri ntarannya."

"Ok, percaya aja deh ama aku. Kamu emang dah kasih tau...."

"Mungkin Tri itu kepengaruh ama bokapnya juga kali yah. Bokapnya diem2 kan punya affair ama sekretarisnya. Nyokapnya Tri sih tau, tapi dia sih tutup mata dan tutup telinga aja. Uda cape kali ngurusin anak satu2nya begitu, ditambah bokapnya lagi."

"Kamu tau dari...?"

"Kalo aku jadi nyokapnya sih aku udah pengen mati aja sekarang. Kayanya udah gak ada gunanya hidup begitu. Jalan uda buntu. Mao maju susah, mo mundur juga susah."

"Heh, jangan gitu..."

"Emang, hidup ini susah banget... eh, kamu jangan kasih tau ke sapa2 yah semua itu. Ntar yang kena aku lagi. Kemaren itu aku ngomong2 ama Tri. Aku bilang ke dia kalo aku jadi dia sih hidup dah ga ada gunanya lagi. Mendingan masuk liang kubur sekalian. Penderitaan berkurang. Beban berkurang juga."

"Kamu ko berani ngomong..."

"Abis itu telponku langsung ditutup ama Tri. Dasar anak kurang ajar! Mentang2 bokapnya punya pabrik kali yah, mentang2 ibunya pejabat tinggi! Heran deh aku. Dasar emang produk gagal!!!"

"Kamu...!"

"Tri2.... malang bener sih nasibnya. Uda ditinggalin cowonya, bokapnya begitu, nyokapnya begitu. Aku rasanya......................."

Kututup telingaku. Hanya bising yang kudengar. Tak kupedulikan lagi cerita temanku yang duduk di sebelahku. Tatapanku menuju kepada anak penjual koran di lampu merah. Kubuka jendela mobilku. Kupanggil dia.

Anak itu datang. Kuminta selembar koran. Tatapanku nanar melihat judul yang terpampang di koran tersebut. Sekilas kubaca cerita tersebut.

"Anak seorang pejabat berinisial T (21) yang nyawanya terenggut dengan sadisnya. Almarhumah T adalah korban dari keluarga broken home. Diketemukan surat wasiat yang berkata kalau lebih mudah baginya untuk masuk liang kubur daripada untuk hidup. Jenazah T dicurigai sempat menerima telpon dari seorang teman. Sebuah handphone tergeletak tak jauh dari jenazah T. Orangtua tidak percaya kalau jenazah T bunuh diri."

" 'Anaknya ga gitu. Ra iso, ra iso! Gusti!!! Kembalikan anak saya!!' Ibu daripada almarhumah T tidak dapat menerima berita duka ini. Dia bersikeras kalau almarhumah T adalah orang yang tegar, tabah dan tidak akan melakukan hal nista seperti itu."

Aku termangu. Apakah...

"Hey!! Kenapa kamu bengong aja? Ayo, dah ijo tuh lampunya. Buruan donk. Kita kan harus sampe di rumah Tri setengah jam lagi. Kamu kaya ga tau aja si Tri tuh gimana mulutnya kalo liat orang yang telat. Hihihi, mungkin keturunannya dalam perutnya kaya begitu juga kali yah......."

Kata2 berkuasa. Words are powerful enough to take one life. Well, kadangkala orang tidak sadar apa yang dia keluarkan dari mulutnya. Tidak hanya bisa memberkati orang lain, juga bisa menaruh kutuk akan mereka. Tidak ada kata2 yang lebih manis daripada kata2 yang membangun dan memberkati. Dan tidak ada kata2 yang membunuh daripada kata2 yang negative.

Jagalah sesuatu yang keluar dari mulut kita. Tidak hanya kata2, juga rahasia2 yang dititipkan kepada kita. Rahasia adalah suatu titipan rasa percaya; seperti batu bata yang terus akan menumpuk. Tumpukan itu akan rusak perlahan dan bisa hancur seketika saat tanpa kita sadari kita mengeluarkan satu balok dari tumpukan tersebut.

This is my new blogchalk:
Australia, WA, Perth, Indonesian, English, Inex, Female, 16-20, sound system, IFC, guitar, counselling, OIKOS, go-113. :)

posted by on 12:41 AM put